TATA
KRAMA BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH
Berserah diri kepada Allah SWT. merupakan salah satu dari moral Al Qur’an. Keutamaan islam dan petunjuk dari Rasulullah SAW. moral ini berdiri di atas pondansi meng-esakan Allah SWT. Ikhlas mentaati-nya dalam segala keadaan tidak menyekutukan-nya dengan selain-nya. Allah SWT. berfirman:
“(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah SWT., sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS.Al-Baqarah[2]:112.)
Berserah diri kepada Allah SWT. mengandung arti pasrah, tunduk, menyerahkan segala urusan, ikhlas ketika beramal hanya kepada Allah SWT. dalam tafsir Al-Manar menyebutkan arti berserah diri kepada Allah SWT. adalah bertawajuh atau memfokuskan perhatian dan pengabdian sepenuhnya hanya kepada Allah SWT. bukan kepada yang selain-Nya. Allah SWT. berfirman:
“Hanya kepada
engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami memohon pertolongan” (QS.
Al-Fatihah [1]:5.)
Kepasrahan
hati bertujuan kepada sesuatu secara benar, disebut pula dengan kepasrahan
wajah seorang, sebagaimana disebut pula menghadapkan wajah ke suatu arah
tertentu, karena tunduk kepada perintah-Nya semata. Kiblat sebagai simbol
kepasrahan hati seorang hanya kepada Allah SWT. bukan kepada selainnya. Allah SWT.
berfirman: “(tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada
Allah, sedang ia berbuat kebajikan maka baginya pahala pada sisi tuhannya dan
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS.
Al-Baqarah [2]:112.)
Fathur Razi mengatakan bahwa arti kata al-wajhu dalam firman Allah SWT. di atas mempunyai tiga arti: pertama, wajah adalah anggota tubuh kita yang paling mulia, karena padanya terdapat sumber indera, pemikiran dan daya khayal. Jika sesuatu yang paling mulia mau tunduk, maka yang lain lebih utama untuk tunduk.
Kedua, kata wajah dapat diartikan dengan jiwa Allah SWT. berfirman:
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah” (QS.Al-Qashash[28]:88.)
“Tetapi (dia
memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan tuhannya yang maha tinggi”
(QS.Al-lail[92]:20.)
Ketiga, ibadah yang paling besar adalah bersujud, karena bersujud mempunyai arti menundukkan wajah ke tanah Allah SWT.berfirman:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) (tetaplah atas) fitrah allah (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (QS.Ar-rum[30]:30.)
Maksudnya, luruskan seluruh padanganmu dan perhatianmu kepada agama tauhid dan janganlah berpaling kepada yang lainnya, Allah SWT. berfirman;
“Oleh karena
itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (islam) sebelum datang dari
Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatanganya) pada hari itu mereka
terpisah-terpisah” (QS. Ar-rum [30]:43.)
Penafsiran ayat diatas, dalam tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa berbuat kebajikan demi mengharap imbalan atau pujian merupakan perbuatan syirik. Adapun hanya karena Allah SWT. maka amalannya akan diterima oleh Allah SWT. Allah SWT. berfirman;
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu meghilangkan(pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia” (QS. Al-Baqarah [2]:264.)
Meluruskan niat hanya kepada Allah SWT. akan membuahkan berbagai hasil. Allah SWT.berfirman:
“(Tidak
demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah SWT.sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi tuhanya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak(pula) mereka bersedih hati” (QS. Al-Baqarah
[2]:112.)
Dari firman Allah SWT. diatas dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang meluruskan niatnya hanya kepada allah SWT.
ketika ia mengerjakan suatu kebajikan, maka ia akan mendapatkan 3 keuntungan,
diantaranya:
1.Mendapatkan
pahala yang banyak dan kemulyaan di akhirat.
2.Tidak
mendapatkan perasaan takut.
3.Tidak
mendapatkan perasaan susah.
Dari ketiga keuntungan diatas dapat disimpulkan bahwa semua itu dapat diperoleh dari 2 perkara, yaitu dari keimanan yang murni dan perbuatan yang bagus.
Adapun orang-orang yang tidak beriman, kelak mereka merasa takut dan susah karena mereka musyrik dan perbuatan mereka tidak mengikuti petunjuk agama yang benar.
Oleh:
Ubaidhatun Nadhif (3 Kitab A)
Zafira Ilmi Izzati Zafira Ilmi Izzati (3
Kitab A)
![]() |
Oleh:
Ubaidhatun Nadhif (3 Kitab A)
Zafira Ilmi Izzati (3
Kitab A)