Untuk lebih mengetahui dan membuktikan
kemukjizatan Al-Qur’an di era digital saat ini serta memahami bagaimana
Al-Qur’an memberi petunjuk dan menginspirasi dalam kehidupan sehari-hari, tim
redaksi majalah NESWA berkesempatan untuk mewawancarai dua tokoh ahli ilmu
Al-Qur’an & tafsir, yakni Dr. Ahsin Sakho Muhammad, beliau merupakan
seorang pakar Tafsir & Ketua tim Pentashih Al-Qur’an Kemenag RI. Dan juga
Prof. Dr. Ahmad Attabik, Lc. M.S.I. seorang guru besar bidang ilmu Al-Qur’an
& Tafsir sekaligus Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus.
Beliau menjelaskan bahwa mukjizat berasal dari
bahasa Arab "أَعْجَز" yang berarti melemahkan
atau menjadikan tidak mampu. Secara istilah, mukjizat adalah “ عمرخالق عادة” Peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang nabi sebagai
bukti kebenaran kerasulannya, di mana orang-orang yang menantang tiidak mampu
menyainginya. Mukjizat Al-Qur’an menunjukkan ketidak mampuan orang arab pada
masa itu untuk membuat karya yang setara dengan Al-Qur’an, meskipun mereka
adalah ahli Bahasa dan sastra.
Pada
masa Nabi Muhammad SAW, tantangan terhadap orang-orang yang meragukan kebenaran
Al-Qur’an atau disebut juga “تحدي”
merupakan respons langsung terhadap penolakan yang dihadapi Nabi dalam
menyebarkan pesan Islam, terutama di Mekkah. Tantangan tersebut dibagi menjadi
3, yaitu;
1. Membuat persamaan seperti Al-Qur’an secara keseluruhan. Dalam Al-Qur’an dikatakan;
قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِه وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا
Artinya:
“Katakanlah: Jika
sekiranya manusia dan jin berkumpul untuk datang dengan yang semisal Al-Qur’an
ini, mereka tidak akan mampu untuk mendatangkannya, meskipun Sebagian mereka
menjadi penolong baginsebagian yang lain.” (QS Al isra’ 17:88).
Karena ditantang untuk membuat persamaan Al-Qur’an secara keseluruhan
tidak mampu, maka tantangannya direndahkan menjadi sepuluh surat seperti
Al-Qur’an.
اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُۗ قُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِه مُفْتَرَيٰتٍ وَّادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Artinya:
“Bahkan,
mereka mengatakan, (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur’an) itu.
Katakanlah, (Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya
(Al-Qur’an) yang dibuat-buat dan ajaklah siapa saja yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS Hud 11:13).
Ketika
tantangan sudah diringankan menjadi 10 surat tidak mampu, maka diringankan lagi
menjadi 1 surat terpendek seperti Al-Qur’an.
3. Membuat satu
saurat terpendek seperti dalam Al-Qur’an.
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا
نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ وَادْعُوا
شُهَدَآءَكُمْ مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ ٢٣
Artinya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an
yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.” (QS. Yunus 10:38).
Meskipun tantangan paling ringan membuat satu surat
terpendek seperti dalam Al-Qur’an, mereka juga tidak akan bisa membuatnya.
“itulah definisi dari a’jaza tadi, Allah melemahkan
orang-orang yang meragukan (tidak bisa membuat ayat) Al-Qur’an” tutur prof.
atabiq.
Pembagian mukjizat Al-Qur'an dapat dilihat
dari beberapa perspektif, yang mencakup berbagai jenis mukjizat yang
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW dan juga mukjizat yang terkandung dalam
Al-Qur'an itu sendiri. Menurut K.H Ahsin dan Prof. Attabik mukjizat Al-Qur’an
dibagi menjadi 2, yakni sebagai berikut;
1.
Hissiyah
Semua
mukjizat nabi yang hanya ada pada masa nabi itu saja dan akan habis ketika nabi
tersebut meninggal. Bersifat temporal dan hanya berlaku pada masa tertentu,
tidak abadi seperti mukjizat Al-Qur'an itu sendiri. Mukjizat ini juga mempunyai
arti sebagai peristiwa luar biasa yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan
secara langsung oleh pancaindra manusia. Seperti Peristiwa bulan terbelah yang
merupakan salah satu mukjizat ketika Nabi Muhammad SAW membelah bulan sebagai
tanda kebenaran risalahnya. Tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular, dapat
membelah Laut Merah dan tangannya yang dapat mengeluarkan cahaya, serta Nabi
Isa yang dapat mengobati orang buta dan menghidupkan orang yang sudah mati.
2. Aqliyah (non hissiyah)
Mukjizat yang bukan dari fisik melainkan harus
dicerna, yakni Al-Qur’an. Sebagai keindahan dan kedalaman makna dalam susunan
kata yang terdapat dalam Al-Qur’an tidak ditandingi oleh karya sastra manapun.
Tak hanya itu, banyak sekali ayat dalam Al-Qur’an yang mengandung informasi
ilmiah yang relevan dengan pengetahuan modern, serta menunjukkan bahwa
Al-Qur’an adalah kitab yang abadi dan relevan sepanjang zaman.
Di era digital saat ini, Kemukjizatan Al-Qur’an semakin dapat dirasakan, tidak hanya dalam konteks spiritual tetapi juga dalam dimensi ilmiah. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengandung informasi yang baru ditemukan oleh manusia setelah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal hakikat dan cakupannya, Al-Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan teknologi apapun. Seperti Al (Artificial Intelligence) meskipun Al dapat menawarkan kecanggihan yang luar biasa, tetapi tidak dapat menggantikan atau meniru keagungan dan kedalaman Al-Qur’an yang merupakan petunjuk hidup. Sedangkan, dalam segi kebahasan, Al-Qur’an menunjukan keindahan yang sangat kompleks, teratur, dan penuh makna yang tidak dapat dicapai oleh karya manusia.
Bukti
kemukjizatan Al-Qur’an di era modern dapat dilihat dari hasil penemuan-penemuan
ilmiah di berbagai bidang. Contoh di bidang Sains, Al-Qur’an sudah memberitakan
indiologi tentang proses-proses ilmiah yang baru ditemukan, seperti proses
penciptaan manusia di dalam Rahim melalui alat-alat pemeriksaan modern, salah
satunya USG (ultrasonografi) yang mana terkandung dalam Al-Qur’an:
اَللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ اُنْثٰى
وَمَا تَغِيْضُ الْاَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُۗ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهٗ بِمِقْدَارٍ
Artinya:
“Allah mengetahui apa yang dikandung
oleh setiap Perempuan dan apa yang berkurang (tidak sempurna dalam) Rahim dan
apa yang bertambah. Segala sesuatu ada ketentuan di sisi-Nya.” (QS. Ar-Ra’d
13:8).
Ayat ini menunjukkan bahwa pengetahuan
tentang isi Rahim adalah mutlak milik Allah, tetapi Allah memberikan kecerdasan
kepada manusia melalui teknologi yang ditemukan, padahal janin dan
pertumbuhannya tidaklah terlihat dengan mata kepala dan tidak mungkin juga
dijelaskan hanya dengan duga dan kira.
Al-Qur’an
menjelaskan bahwa seorang ibu yang ditinggal mati suaminya memerlukan masa
iddah (periode tunggu yang diatur dalam hukum Islam untuk memberikan waktu bagi
wanita tersebut untuk berduka dan memulihkan diri setelah kehilangan suami).
Tidak hanya didalam hukum islam, hal ini juga berhubungan dengan hukum medis,
masa iddah juga bertujuan untuk memastikan kondisi rahim perempuan itu kosong
setelah meninggalnya suami, tidak ada bekas spermatozoa yang non syar’i dari
suami. Al-Qur’an telah menyebutkan persoalan permasalahan terlebih dahulu dan
dikembangkan lagi dengan pemikiran serta teknologi canggih pada masa sekarang.
Al-Qur’an juga memuat teori-teori yang
berhubungan dengan Kesehatan, baik fisik maupun mental. Seperti buah-buahan
yang tercantum didalamnya, buah-buahan tersebut ternyata memang memiliki
keistimewaan di banding buah yang tidak tercantum didalamnya, seperti contoh,
buah delima yang berkhasiat memiliki biji khas yang menyala dan banyak kadar
airnya, dapat menjaga kesehatan tubuh serta spiritualitas islam. Allah telah
menyebutkan buah buahan yang tercantum didalam Al-Qur’an diantaranya buah
zaitun, buah kurma, buah tin, buah anggur, buah pisang, dan buah delima.
Allah menyebutkan salah satu hewan didalam Al-Qur’an yang diilhamkan untuk membuat sarang dan menghasilkan madu dari berbagai jenis buah-buahan, yakni hewan lebah. Dalam al-Qur’an dikatakan;
وَاَوْحٰى رَبُّكَ اِلَى النَّحْلِ اَنِ
اتَّخِذِيْ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا وَّمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا
يَعْرِشُوْنَۙ ٦٨
Artinya:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:
“Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” (QS.
An-Nahl 16:68).
Dari perut lebah,
keluar minuman yang beraneka warna, yaitu madu, yang memiliki khasiat penyembuhan
bagi manusia. Madu ini dianggap sebagai salah satu tanda kebesaran Allah, Madu
juga disebut sebagai minuman yang memiliki banyak khasiat sebagai obat untuk berbagai penyakit. Nabi
Muhammad SAW juga menganjurkan penggunaan meminum madu sebagai pengobatan,
seperti yang diriwayatkan dalam hadis bahwa “Penyembuhan bisa lewat tiga macam:
bekam, minum madu, atau membakar dengan api. Dan aku melarang umatku membakar
dengan api." (HR. Bukhari).
Meskipun
memiliki banyak keistimewaan, kita juga menghadapi tantangan yang
bermacam-macam. Misalnya, banyak umat Islam di zaman modern ini yang
mengabaikan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari, semakin lama banyak orang yang
yang tidak sadar bahwa ilmu pengetahuan itu dari Allah yang disampaikan dalam
Al-Qur’an. Sekarang, banyak orang yang mengaji tanpa memahami kandungannya.
Prof. Attabiq juga berpendapat bahwa hal itu sama saja tidak menghargai
kemukjizatan Al-Qur’an. Sekarang ini, orang – orang lebih senang membaca apa
yang ada di HP terkait dalam pembuatan konten. Hal tersebut, tidak memikirkan
ciptaan Allah yang ada pada Al-Qur’an, padahal Islam juga telah menyediakan
obat dari kemeluknya kehidupan dalam Al-Qur’an. Hanya saja kita perlu menggali
potensi untuk mengobati masalah kehidupan itu
sendiri.
Dengan mengamalkan ajaran Al-Qur'an secara konsisten, seseorang tidak hanya memperbaiki kualitas hidupnya sendiri tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Seperti yang dialami Kyai Ahsin Sakho “Al-Qur’an itu berkah, saya berasal dari keluarga yang biasa saja lalu terjun ke bidang Al-Qur’an dan menjadi seperti sekarang. Saya pernah menjadi imam tarawih di Inggris, Amerika, dan Haji berkali-kali.” Tuturnya. Begitupun dengan Prof. Attabik yang saat ini menjadi Guru besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Kudus, beliau juga aktif berkiprah sebagai Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah.
“Hiduplah
selalu dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an akan memberi hidup yang lebih bagus. Jangan
tinggalkan Al-Qur’an”. Pesan dari Kyai Ahsin Sakho dalam wawancaranya. Prof.
Attabik juga berharap dengan kemukjizatan Al-Qur’an yang sangat besar ini,
lebih banyak santri yang mendalami dan mempelajari isi kandungannya.